Fieldtrip Pengunungan Selatan Teknik Geologi Universitas Diponegoro

Jawa

Setiap tahun GDA Consulting mempunyai program untuk “menularkan” semangat riset kepada khalayak geosaintis ataupun bibit – bibitnya. Tempo hari kami berkesempatan membantu membimbing 126 mahasiswa dari Universitas Diponegoro dari Semarang untuk Fieldtrip Pegunungan Selatan. Kami disambut di kampus lapangan baru STTNAS Kulon Progo, yang berada -/+ 20km di sebelah barat kota Jogja. Kesempatan itu tak kami sia-siakan. Fieldtrip Pegunungan Selatan adalah wacana yang dipilih oleh acara tersebut. Sebetulnya acara tersebut mencakup dua area, yaitu daerah Kulon Progo dan Sangiran. Kebetulan GDA Consulting mendapat giliran membimbing di Kulon Progo.

Malam harinya tanggal 18 Januari 2016 diadakan pendahuluan singkat yang dibuka oleh Pak Wahyu, dosen UNDIP. Dilanjutkan oleh Mas Purnama Suandhi mengenai riset kebumian dan Mas Prihatin tentang dasar – dasar sedimentologi – stratigrafi. Ada beberapa poin penting yang Mas Purnama terkait kesuksesan seorang ahli kebumian, yaitu perkaya baca literatur, agresif dalam publikasi dan perbanyak pergi ke lapangan. Dalam hal riset beliau juga menyampaikan beberapa riset potensial diantaranya adalah riset cekungan gunung api yang dapat memicu percepatan eksplorasi nasional. Sebagai tamu, Pak Setyo Pambudipengajar sedimentology – stratigrafi STTNAS menambahkan pentingnya penamaan berdasarkan stratigrafi gunung api (vulkanostratigrafi) untuk mempertajam riset cekungan gunung api.

Esok paginya Pak Andang Bachtiar memberikan beberapa wejangan kepada santri – santriwati geosains dari UNDIP agar selalu semangat ke lapangan untuk melihat batu. Pendahuluan lapangan dan jalurpun diberikan secara verbal setelahnya. Kami menyusuri dari Formasi Nanggulan yang ada di sungai kecil melewati sawah-sawah dan perbukitan batuan beku. Di Formasi Nanggulan kami dapatkan batuan sedimen yang juga terkandung batubara tipis di dalamnya. Variasi dari batuan sedimen cukup menarik, yaitu batupasir, batulempung, lanau dan batubara. Struktur sedimennya pun tak kalah menarik. Kami dapati ripple mark, burrow, kongkresi, hummocks & swales. Yang menarik juga ditemukan konglomerat berfragmen numulites sebagai penanda umur Eosen (35 – 50jt tahun yang lalu). Tapi data yang sedemikian kompleks tak akan ditemui bila tak bermata tajam karena khas dari singkapan di daerah tropis, lapuk & tertutup semak.

Dalam perjalanan ke pemberhentian berikutnya sekilas kami lihat di dinding jalan Formasi Dukuh yang bisa dikatakan juga anggota Formasi Andesit Tua. Kenampakannya seperti breksi gunung api. Jalanan cukup menanjak dan berliku di perjalanan. Rupanya yang kami temui berikutnya adalah batugamping dari Formasi Jonggrangan. Tak heran saat kami lihat dari foto udara morfologinya berupa kerucut-kerucut khas lingkungan gamping. Setelah itu kami turun ke bawah menuju destinasi berikutnya ke Formasi Sentolo yang terdiri dari perselingan batupasir gampingan dengan napal. Antusias mahasiswa – mahasiswi muda semester awal membuat kami kembali gairah memberikan tongkat estafet dengan penuh rasa optimis walau di masa seperti ini. Kita harus giat riset saat ini agar nanti saat migas mulai menanjak kita siap dengan ide-ide segar. Toh kebumian bukan hanya migas dan pertambangan. Semangat bibit – bibit muda geosaintis.

Leave a comment