Post Convention Fieldtrip “Regional Kutai Basin and Mahakam Delta” #JCB2015

Kalimantan

Seminar lapangan 3 hari berjudul “Delta Mahakam dan Cekungan Kutai” untuk dosen-dosen sedimentologi, stratigrafi, petroleum geology yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia telah sukses diselenggarakan oleh GDA Consulting bekerjasama dengan Komite Eksplorasi Nasional pada tanggal 9 – 11 Oktober sebagai bagian dari rangkaian acara Joint Convention Balikpapan IAGI-HAGI-IATMI-IAFMI 2015.

Acara seminar diikuti oleh 19 dosen, 8 anggota Ken, dan panitia dari GDA Consulting dengan dipimpin langsung oleh DR Andang Bachtiar M.Sc, Ketua Komite Eksplorasi Nasional sekaligus geologiawan peneliti Delta Mahakam dan Cekungan Kutai. Kegiatan seminar yang berlangsung di Samarinda Balikpapan kali ini bersifat gratis yang dapat terlaksana atas dukungan sponsor dari Ophir Indonesia, VICO (keduanya adalah KKKS yang beroperasi di Kalimantan Timur) serta dukungan keuangan dari Komite Eksplorasi Nasional yang saat itu juga menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Potensi Eksplorasi di Cekungan Kutai Hilir.

Dosen dosen yang mengikuti kegiatan seminar ini berasal dari Universitas Lampung (UNILA) sebanyak 1 orang, Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) sebanyak 2 orang, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (UNSOED) sebanyak 1 orang, Universitas Pakuan Bogor (UNPAK) sebanyak 1 orang, Universitas Indonesia (UI) sebanyak 1 orang, Universitas Trisakti Jakarta sebanyak 1 orang, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta (STTNAS) sebanyak 2 orang, STT Migas Balikpapan sebanyak 4 orang, Universitas Mulawarwan Kalimantan Timur (UNMUL) sebanyak 5 orang dan AKPRIND Yogyakarta sebanyak 1 orang.

Pada hari pertama yaitu Jumat 9 Oktober 2015, dua singkapan penting yang menunjukkan geometri dan karakter litofasies khas delta, fluvial, proses pasang surut, dan gelombang serta implikasi sekuen stratigafinya dikunjungi di Samarinda. Pada malam harinya diselenggarakan kuliah malam dan diskusi tentang Cekungan Kutai dan Delta Mahakam di hotel tempat menginap peserta di Samarinda.

Pada hari kedua yaitu Sabtu 10 Oktober 2015 para dosen diajak untuk menyusuri Sungai Mahakam menggunakan 3 buah perahu (sea-truck) dimulai dari daerah fluvial di Sungai Mariam (Kutai Lama) sampai ke wilayah delta front di Muara Bujit yang secara keseluruhan menghabiskan waktu dari pukul 07:00 hingga 17:00. Empat lokasi di datangi dan dilakukan pengukuran batimetri, pengambilan sampel sedimen dasar sungai (grab sampling) pada daerah fluvial dan upper delta plain serta pengambilan contoh inti sedimen menggunakan pipa PVC (coring) pada daerah delta front dan lower delta plain. Peserta belajar bagaimana karakter sedimen di berbagai lingkungan pengendapan modern tersebut langsung dari pengamatan di alam yang seringkali tidak sesederhana seperti simplifikasi model lingkugan pengendapan yang dituliskan di dalam buku buku referensi. Lokasi pengamatan yang paling eksotik adalah ketika seluruh peserta mendarat pada “gosong pasir” atau distributary mouth bar yang sangat luas pada daerah delta front. Kenampakan gosong pasir ditengah tengah lautan yang hanya muncul pada saat air surut maksimal seolah olah berada pada daerah antah berantah “in the middle of no where” menjadi obyek diskusi dan pengamatan khususnya fenomena sedimentologi permukaan maupun bawah permukaan dangkal yang berasal dari sampel inti sedimen (Core).

Pada hari ketiga, Minggu 11 Oktober 2015, para dosen diajak untuk naik ke Gunung Batuputih yang merupakan titik tertinggi di Samarinda, dibentuk oleh gawir patahan-antiklin, separi yang menyingkapkan batugamping berasal dari lingkungan pengendapan shelf-slopebreak berumur 15 – 20 juta tahun (N7-N8/Miosen Awal) di area tersebut. Sebagai pembuka, diskusi mengenai sejarah masa lampau kerajaan di sekitar kota Samarinda dalam kaitanya dengan kearifan budaya masa lampau di dalam mengatasi bencana alam geologi (banjir dan longsor) dibandingkan dengan fakta modern kota Samarinda. Sejarah mengatakan bahwa tidak pernah sekalipun kerajaan pada masa lampau membuat pusat pemerintahan di kota Samarinda saat ini dikarenakan pengamatan mereka terhadap banjir. Pusat kota kerajaan pada masa lampau selalu berada pada daerah tinggian atau bebas banjir. Fakta tersebut bisa menjadi referensi bagi masyarakat moderen didalam mengadaptasi kearifan budaya lokal, mengintegrasikan dengan pengetahuan geologi didalam mengembangkan kota. Diskusipun semakin hangat tentang hubungan lingkungan pengendapan gamping dengan lingkungan delta, kontrol struktur pada sedimentasi prodelta, lingkungan laut dalam (dep water facies) serta lingkungan tempat terbentuknya batugamping dan sebagainya. Setelah itu 1 singkapan endapan arus gravitasi berdekatan dengan singkapan batugamping itupun diamati, diikuti dengan kunjungan dan diskusi ke singkapan “Mud Volcano” di sekitar area Batuputih. Model struktur, aktivitas tegangan kompresi, diapirisme dan petroleum system didiskusikan di singkapan singkapan tersebut.

Singkapan terakhir yang dikunjungi pada seminar lapangan ini adalah rembesan minyak di tebing patahan batupasir Formasi Klandasan di daerah Gunung Dubbs/Gunung Pancur Balikpapan. Di singkapan tersebut di bahas juga geologi Cekungan Wain di sekitaran kota Balikpapan dan sejarah industri migas sejak jaman Belanda disana. Satu fenomena sejarah perminyakan yang menarik di lokasi ini adalah pipa slotted bertahun 1939 yang dipasang oleh Belanda di dinding bendung artifisial yg dipakai untuk mengalirkan minyak yang keluar dr rembesan untuk dikontrol maupun dimanfaatkan penggunaannya

Akhirnya acara Field Seminar singkat padat berdurasi 3 hari penuh itu ditutup dengan makan malam bersama di Restoran Kenari Balikpapan pada Minggu 11 Oktober 2015 pukul 19:00.

Salah satu komentar peserta yg menarik adalah: “Terimakasih buat GDA, KEN, terutama pak Andang, terimakasih banyak Pak, “ Mengubah pola berfikir saya, dari text book oriented kembali menjadi apa itu geologi. Membumi…touch the rocks, thats the text book is”

GDA akan terus komit untuk menyelenggarakan field trip / seminar gratis untuk dosen dosen maupun pengajar geosain (geologi – geofisika) ini setiap tahun dalam rangka lebih menambah wawasan , pengalaman, dan jejaring kerja supaya dalam mendidik dan mengajar mahasiswa kebumian Indonesia bapak-ibu dosen akan menjadi lebih “kaya” dan punya “warna” Indonesia.

Acara serupa pada tahun tahun sebelumnya diselenggarakan oleh GDA di JCM IAGI-HAGI Medan 2013, yaitu field trip gratis untuk para dosen geologi ke Danau Toba dan sekitarnya serta di PIT IAGI 2014 Jakarta yaitu field trip gratis untuk para dosen geologi dan mahasiswa ke Sungai Cipamingkis, Bogor dan sekitarnya.

Insyaallah, kita bertemu lagi di acara serupa di PIT IAGI atau HAGI tahun 2016 mendatang!!!

Sukses Geologi Indonesia!!!

<Teks/menyalin tulisan pak Andang Bachtiar, Foto/Gesit dan Gendhy>

Leave a comment