Geoscience Journey South Sumatera – Lampung: Coring Mouth Bar, Kopi Luwak dan Pempek Ranau

Sumatra

Udara pagi di tepi Danau Ranau sebenarnya membuat kami berat untuk beranjak dari kasur, namun tepat pukul 6 kami sudah harus berkumpul di dermaga danau untuk sedikit mendapatkan arahan. Tujuan pagi itu yakni menuju seberang tempat kami bermalam untuk coring di tepi Delta Sungai Warkuk­

Setelah mendapat sedikit pengarahan, pukul 06.30 kami berangkat menuju seberang yang memakan perjalanan sekitar 30 menit. Sesampainya di lokasi yang telah ditentukan, Tim GDA Consulting langsung bergegas untuk menyiapkan peralatan coring. Dengan sedikit mendapat tenaga dari mahasiswa UNSRI, kami mulai coring pukul 07.00 di titik pertama. Dengan dikelilingi banyak sampah, kami coring di 2 titik dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

 

Sekitar pukul 08.00 kami kembali menuju dermaga untuk sarapan terlebih dulu, dan setelah sarapan kami membuka hasil coring. Untuk hasil pertama, Pak Andang menjelaskan bahwa terdapat pasir butiran halus tampak foreset dari crossbedding yang mengindikasikan arus traksi, sedangkan untuk hasil kedua dijelaskan bahwa lokasi tersebut di dominasi oleh pasir butiran sedang hingga kasar, yang mengkasar ke atas tanpa ditemukannya batu lempung. Dan keduanya menujukkan lingkungan sidebar di mulut sungai (dalam danau).

 

Setelah mendeskripsikan hasil coring, kami kembali menuju kamar masing-masing untuk segera bergegas meninggalkan tempat penginapan dan melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya.

 

Tujuan kami selanjutnya yaitu tempat penangkaran dan penghasil kopi luwak. Pukul 11.00 kami mampir disebuah rumah sederhana dengan tampilan khas kota Lampung, terdapat sekitar 7 ekor luwak yang mereka pelihara demi mendapatkan biji kopi yang terbaik. Ditempat tersebut kami bisa memegang langsung biji kopi yang baru dihasilkan luwak, dan kami sempat mencicipi kopi luwak yang bisa dikatakan fresh from the ‘oven’ hehe. Selain kopi luwak, kami juga mencicipi pempek ranau. Pempek ranau ini tidak terbuat dari ikan tenggiri, tapi terbuat dari ikan ranau yang bisa dikatakan mirip ikan nila. Rasa ikannya tidak terlalu berasa karena bukan tenggiri, tapi kuahnya sungguh terasa pedasnya. Harga kopi luwak disana Rp 100.000/250gr, sedangkan pempek Rp 1000/pcs.

 

Selesai kami melihat langsung luwak dan merasakan kopinya, kami mencari tempat untuk makan siang dan singgahlah kami di RM 245. Sekitar pukul 13.30 kami melakukan perjalanan jauh menuju tempat bermalam di pusat kota Lampung. Namun sebelum sampai ditempat bermalam, kami sempatkan untuk makan malam di Bukit Randu.

One thought on “Geoscience Journey South Sumatera – Lampung: Coring Mouth Bar, Kopi Luwak dan Pempek Ranau

Leave a comment